Thursday, December 1, 2011



WORLD ENVIRONMENT DAY 2011 | Mungkinkah sang Zamrud Khatulistiwa itu kembali ?

Tentu tidak asing lagi bagi kita semua. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan adalah suatu wilayah yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan dan sebagai salah satu habitat beraneka ragam hewan. Dihutan tumbuh berbagai macam tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup lain. Salah satunya dari hasil fotosintesis tumbuhan menghasilkan gas O2 yang merupakan komponen utama dari proses respirasi pada manusia dan hewan.


Sumber Gambar : inilah.com
Sungguh sangat miris. Indonesia yang dulu kaya akan hutannya dan merupakan paru-paru dunia kini malah menjadi salah satu Negara penyumbang emisi gas buang terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan China yang menyebabkan meningkatnya kecepatan pemanasan bumi menjadi dua kali lipat. Maka tidaklah mengherankan jika ibu pertiwi berduka melihat alamnya yang dahulu diumpamakan sebagai seorang nenek tua yang menggunakan banyak perhiasan ditubuhnya. Namun semakin lama perhiasan itu hilang satu per satu. Sang zamrud khatulistiwa itupun mulai memudar.

Kayu merupakan salah satu komoditi terbesar di Indonesia. Industri kayu adalah salah satu pemasukan pajak terbesar di Indonesia. Namun sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kesadaran akan pembudidayaan kayu itu sendiri. Banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan serakah memanfaatkan hutan hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampak bagi orang lain. Mereka hanya memikirkan uang, uang dan uang.

Berdasarkan survey Forest Watch Indonesia bersama Global Forest Watch menyajikan laporan penilaian komprehensif mengenai keadaan hutan Indonesia. Laporan ini menyimpulkan bahwa laju deforestasi yang meningkat dua kali lipat utamanya disebabkan suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Ketidakstabilan politik yang mengikuti krisis ekonomi pada 1997, menyebabkan deforestasi semakin bertambah sampai tingkatan yang terjadi pada saat ini.

Selain itu, terjadinya alih fungsi area hutan sebagai pemukiman masyarakat semakin memperparah penyusutan hutan di Indonesia. Dan yang lebih memperparah kerusakan hutan, alih fungsi tersebut dilakukan dengan pembakaran hutan liar. Sehingga menyebabkan tumbuhan di hutan benar-benar tak bersisa.

Dengan terjadinya kerusakan hutan secara drastis ini, akan sangat berdampak terhadap dua aspek besar. Pertama bagi lingkungan, Tentunya dengan terjadi penyusutan hutan kadar Oksigen dalam udara pun akan berkurang. Hutan juga dapat menyerap gas karbon yang berpengaruh terhadap pemanasan bumi. Maka dengan berkurangnya jumlah hutan, secara otomatis penyerapan gas karbon akan berkurang. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemanasan global yang semakin cepat, atau yang kita kenal dengan istilah Global Warming yang menjadi salah satu permasalahan dunia saat ini.

Pembakaran hutan juga merupakan salah satu penyebab global warming. Selain itu hutan juga merupakan habitat bagi beberapa species hewan. Dan bahkan sebagian besar hewan tersebut merupakan hewan langka. Misalnya harimau, gajah, singa dan lain-lain. Sehingga dengan berkurangnya jumlah hutan, maka semakin berkurang juga habitat bagi hewan-hewan tersebut. Dan hal itu akan mempercepat kepunahan hewan-hewan yang memang sudah langka itu.

Kedua adalah aspek perekonomian. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang notabene berpenghasilan dari pertanian. Selain itu hutan juga menyediakan berbagai macam jenis makanan dan obat-obatan. Sehingga dengan menyusutnya jumlah hutan secara otomatis, macam makanan dan obat-obatan itupun akan berkurang.

Mengembalikan julukan Indonesia sebagai paru-paru dunia, tentu merupakan keinginan setiap orang yang memiliki rasa keperdulian yang tinggi terhadap alam. Berdasarkan fakta diatas, hal utama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa keperdulian untuk mencintai dan melestarikan alam (termasuk hutan) pada diri tiap-tiap individu terlebih dahulu.

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian hutan serta tindakan konkrit yang dilakukan oleh setiap individu di Indonesia untuk melakukan hal tersebut, maka tidak akan menutup kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai paru-paru dunia dan sang zamrud yang telah memudar itu akan kembali bersinar.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan diatas tadi, dapat kita simpulkan bahwa kerusakan hutan yang terjadi saat ini sebenarnya masih dapat diatasi. Dan untuk mengatasinya hal utama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa cinta dan keperdulian akan alam pada setiap diri manusia terlebih dahulu. Jika tiap-tiap orang telah memiliki kesadaran tersebut, kebijakan yang dicanangkan pemerintah tentunya akan berjalan dengan lebih matang dan sesuai konsep. Dan bila hal ini telah berjalan secara selaras maka penyusutan hutan di Indonesia tentunya dapat dikendalikan. Dan sang paru-paru dunia pun akan kembali.