Monday, November 28, 2011

Jibab Syar'i Jangan Takut Dianggap Fanatik



Potret 1:
Dalam acara kumpul keluarga besar, dimalam hari menjelang tidur Nay tetap mengenakan jibabnya. Bahkan tetap berpakaian rapih tanpa mengurangi apapun yang melekat pada dirinya. Di sisi lain, saudara-saudaranya, tantenya, budenya, atau kakak adiknya yang juga memakai jilbab telah membuka jilbabnya dan memakai pakaian siap tidur.
“ kenapa pas mau tidur jilbabnya nggak dibuka, kan disini saudara semua?”
Saudara kan belum tentu mahram.

Atau pertanyaan lain, “Nak kamu kenapa tetap pakai kaos kaki sih kalau dirumah saudara?”
Hmm..

“Hti-hati jangan terlalu fanatic belajar agamanya Mbak”

Potret 2 :

Setiap ada tamu mendadak dirumah, atau ketika ibu meminta bantuan beli sesuatu diwarung. Maka Nay selalu butuh waktu sejenak, untuk memakai rok panjang, jaket, kerudung, dan kaos kaki. Seperti berlebihan, karena biasanya ibu hanya menyambar jilbab ketika ke warung. Atau bahkan lupa memakai jilbab ketika di halaman rumah.

Perkataan Nay ke Ibunya “Bu kalau ke depan rumah pakai jibabnya.”
“Kan ke depan aja, nggak da siapa-siapa kok.”
“ Itu BU, ada tetangga yang Bapak-bapak”
“Ah nggak apa-apa itu mah. Kan beliau juga nggak ngapa-ngapain.”

Sesekali Ibu Nay yang baik bertanya ketika Nay bersiap merapihkan seluruh pakaiannya sebelum pergi, “ Ke warung ngapain pake kaos kaki sih?”
“Kaki kan juga aurat Bu.”
“ Aiiih warung kan deket, yang liat jug a nggak banyak.”

Masih banyak potret yang lainnya yang kadang memiliki berbagai pandangan dari orang-orang sekitar. Ketika seorang muslimah yang berhijab ingin sempurna menutup auratnya, ingin menyeluruh menjalankan ajaran agamanya, tetapi justru dianggap fanatic. Hal tersebut terjadi karena pemahaman setiap orang atas ajaran agama ini belum menyeluruh, sehingga pola piker yang ditimbulakan pun berbeda.

Padahal setiap aturan islam terangkaum jelas, baik dalam Al-Qur’an maupun hadist. Selain itu buku-buku islam yang membahas aturan islam secara spesifik pun dapat dengan mudah didapatkan ditoko-toko buku. Namun sayangnya berbagai pengetahuan itu klah popular dengan perkembangan mode dan budaya yang ada saat ini. Sehingga masyarakat melihat yang benar adalah kebanyakan terlihat di masyarakat, dan yang sedikit itu termasuk kedalam kategori fanatic atau berlebihan dalam menjalankan ajaran agama.

Fanatic lebih dekat konotasinya dengan hal negative, sedangkan kafaah atau menyeluruh diperintahkan oleh Allah melalui Al-Qur’an yang pasti bermakna positif.
“ Hai orang –orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara menyeluruh.” ( Q.S Al-Baqarah : 208)

Pada masa awal peredarannya di Indonesia, jilbab benar-benar berfungsi sebagai penutup aurat. Bentuknya sederhana dan penggunanya pun masih sedikit karena pada masa itu pelarangan jilbab masih terjadi di Indonesia. Jika kita tengok pada masa itu, maka jilbab yang banyak dikenakan adalah jilbaba yang sesuai syariat, menutup dada, tidak tranparan karena kainnya tebal, dan tidak beragam bentuknya.

Jilbab pada masa itu bukan karena perkembangan trend dalam busana, tapi jilbab masa itu adalah symbol perjuangan. Setelah jilbab dibebaskan penggunaannya, muslimah yang berjilbab pun semakin banyak penggunaannya. Tak ada lagi kekhawatiran mereka tentang diskriminasi yang ada, karena jilbab telah diterima dengan baik.

Hal tersebut member peluang berbagai pihak untuk menggunakan kreatifitasnya. Sehinggan model jilbab pun semakin banyak. Saat ini berbagai model hadir untuk memenuhi kebutuhan muslimah tetapi sayangnya tidak semua trend jilbab yang ada sesuai dengan syariat islam. Selain itu, banyak juga jilab yang hanya dikenakan sebagai busana saat bepergian jauh, saat acara-acara penting atau saaat pengajian.

Katakanlah kepada wanita beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya dan janganlah mereka menampkkan perhiasannya, kecuali yang Nampak pada nya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah mereka menampakkan perhisannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,  atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukul kakinya agara diketahui perhiasan yang disembunyikannya. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S An-Nur :31)

Muslimah salehah, jangan takut dianggap fanatic, jika kita yakin bahwa yang kita jalani adalah hal yang benar. Muslimah cerdas harus mengambill langkah yang tepat saaat dianggap berlebihan dalam menjalani ajaran agama, bukan dengan meninggalkan prinsipnya atau bahkan mereasa malu atau minder saat dianggap minoritas, tetapi siap menebarkan benih-benih pemahaman yang sebenarnya secara tepat.

Ketika kita meyakini suatu hal, maka kita memegangnya dengan sunguguh-sungguh dan pastikan  hal yang kita pegang saat ini sesuai dengan dua pedoman agama kita yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

No comments:

Post a Comment